Kamis, 02 April 2015

Aksi Duet Mahasiswa, Tuntut 7 Janji Bupati,


PAMEKASAN - kedua mahasiswa yang mengatasnamakan Kesatuan Aksi Lintas Masyarakat (Kalam) Pamekasan, melakukan aksi Berduet di depan Kantor Bupati Pamekasan Madura Jawa Timur, kamis(2/4),  menagih 7 janji Bupati Ach Syafi'i

aksi tersebut berbentuk teatrikal di depan kantor Bupati, menggunakan pakaian ala pejabat, dengan melantunkan segala tuntutannya sebagaimana mereka melakukan aksi derama teater di atas panggung, sementara di bagian samping kedua Demonstran di penuhi oleh sejumlah aparat kepolisian yang mengamankan jalan masuk pintu kantor Bupati,

Mereka menilai, apa yang selama massa kampannya Bupati sampaikan kepada seluruh warga pamekasan, semuanya hanya omong kosong belaka,

“Sampai saat ini, tujuh janji yang disampaikan waktu kampanye dulu tidak terealisasi,  Masyarakat sekarang menunggu janji tersebut,” teriak Moh Ilyas dengan keras,

sementara masyarakat tetap mengingat dan menunggu ke Tujuh janji tersebut, antara lain, mengalokasikan dana minimal Rp 300 juta per-desa per-tahun untuk membangun infrastruktur, ekonomi dan sumber daya manusia.

Meningkatkan honor guru tidak tetap (GTT) setara dengan upah minimal kabupaten, yakni Rp 900 ribu dengan anggaran 50 persen dari pemerintah provinsi (Pemprov) Jawa Timur.
Kemudian, menyediakan dana talangan minimal Rp20 miliar per-tahun untuk menjamin harga tembakau dan garam petani.

Serta Menyediakan dana minimal Rp10 miliar pertahun untuk memperluas akses masyarakat terhadap air bersih melalui pengadaan mobil tangki dan pompa air di desa rawan krisis air.

Janji kelima,  mengalokasikan dana minimal Rp 25 juta perdesa setiap tahun untuk pengentasan pengangguran dan menciptakan lapangan kerja melalui pembangunan dan pengembangan koperasi syari’ah. Dan Meningkatkan alokasi dana operasional untuk masjid, musholla dan pondok pesantren minimal dua kali lipat dari anggaran tahun 2011.

yang terakhir adalah menyediakan dana minimal Rp20 miliar pertahun untuk menjamin ketersediaan dan bantuan pupuk organik, bantuan alat-alat pertanian dan nelayan.

Namun fakta dilapangan semuanya kosong, yang ada hanya program yang bersifat seremonial yang selalu di jadikan kebanggaan di setiap momentum oleh Bupati,

“kenapa bupati membanggakan program bunga bangsa yang hanya seremonial belaka. Ini sungguh ironis karena tidak sesuai dengan keinginan masyarakat,” tandasnya, (ri*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar